Sahabatku yang hatinya sedang
geram, katakanlah ini sebagai
kalimatmu sendiri …
Tuhanku Yang Maha Damai,
Di pagi yang penuh harapan ini,
aku menyampaikan
kesungguhanku hari ini, yaitu
untuk tidak berbicara saat aku
marah.
Telah berkali-kali aku marah dan
mengungkapkannya dalam kata-
kata yang melukai orang lain dan
yang merusak hubunganku
dengan mereka.
Karena kini aku mengerti bahwa,
Bersabar adalah tetap merasa
marah, tapi tidak
menggunakannya untuk
merendahkan diriku dan merusak
hubungan baik dengan orang
lain.
Dan kusadari bahwa, hampir
semua kata-kata yang kusesali
dalam hidupku, adalah kata-kata
yang kuliarkan dalam
kemarahan.
Tuhanku Yang Maha Penyabar,
Bekukanlah hatiku saat
perendahan dan penghinaan
menderaku, lumpuhkanlah
mulutku saat aku marah, dan
jelaskanlah gambaran dalam
pengertianku tentang dampak
buruk dari kemarahan yang aku
liarkan.
Tuhanku, bantulah aku untuk
tidak melukai diri dan sesamaku,
karena ketidak-mampuanku
untuk mengendalikan
kemarahanku.
Tuhan, damaikanlah hidupku.
Aamiin
(mario teguh)
Sabtu, 25 Februari 2012
TIDAK BICARA SAAT MARAH
Diposting oleh Nanang Edy di 5:05:00 PMSabtu, 18 Februari 2012
Guru Bagi Negara Lima Benua
Diposting oleh Nanang Edy di 11:36:00 AMKalau marah, jangan bicara. Kalau bicara, jangan terdengar marah.
Kalau lembut, jangan lemah. Kalau tegas, jangan kasar.
...
Kalau tidak mau dibalas, jangan memukul. Kalau memukul, sekalian keras.
Itu yang menjadikanmu disegani.
Maka bangunlah kekuatan pribadi dan pengaruhmu sejak muda.
Mampukanlah dirimu sebagai petarung, tapi tampillah sebagai penyayang, agar orang mencintaimu karena kelembutanmu, dan menyeganimu karena ketegasanmu dalam menghukum.
Tirulah sifat Tuhan, Yang Maha Lembut dalam kemurahanNya, tapi Maha Tegas dalam memastikan kepatuhan kepada yang benar.
Dengannya, tanpa menjadi kepala negara, engkau pantas menjadi guru bagi kepala negara lima benua.
Interview with MT AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR Part ONE
Diposting oleh Nanang Edy di 11:27:00 AMInterview with MT
AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR
Part ONE
Pak Mario, apakah Pak Mario melihat diri Anda sendiri pandai?
...
Tidak. Saya tidak pernah merasa pandai.
Apakah Pak Mario pernah juara kelas?
Tidak. Tapi pernah juara 3 waktu masih SD, tidak jelas pada kelas berapa.
Nilai Anda selalu tinggi?
Tidak. Di kelas 2 SMP III Malang, saya pernah dapat nilai merah, untuk 5 mata pelajaran. Di SMA, saya lulus dengan IPK kalau tidak salah rata-rata 3.56. Tapi itu bukan karena saya pandai, mungkin karena saya disayangi para guru. Habis waktu itu saya agak unyu-unyu. (ge-er.com)
Di perguruan tinggi bagaimana?
Saya lulus karena doa orang tua, dan mungkin karena wajah saya yang memelas. Saya lulus SMA di Chicago, dapat S1 dari IKIP Malang, kemudian dapat sertifikat untuk satu semester di Sophia University di Tokyo, dan MBA dari Indiana University. Semua sekolah di luar negeri itu saya dapatkan dari mengikuti dan menang kontes untuk beasiswa bagi siswa asing.
Berarti orang tua Anda kaya?
Lho? Itu semua dari beasiswa yang saya menangkan dari mengikuti kontes internasional. Keluarga kami sangat bersahaja. Saya anak pertama dari seorang pensiunan Kapten dari Angkatan Darat, yang membiayai ke 5 anak-anaknya.
Banyak dari kami mengira Pak Mario anak orang kaya yang tidak pernah merasakan kemiskinan.
Hmm … apakah Anda tidak melihat sisa-sisa kemiskinan di wajah saya?
He he .. iya, masih kelihatan.
Tapi, apakah kemiskinan menyiksa Anda?
Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengerti apa itu kemiskinan. Tapi menjelang remaja, saya sudah mulai merasakan batasan-batasan yang menghadang keinginan seorang remaja untuk sarana dan pembiayaan pendidikan atau gaya hidup yang sesuai dengan impian dan harapannya.
Apakah ada penyesalan?
Saya tidak menyesali, karena itu sama dengan menyalahkan orang tua saya atas kelemahan kami. Saya hanya marah, entah kepada siapa. Tapi tenaga kemarahan itu saya gunakan untuk belajar, aktif dalam organisasi sekolah dan kampus, mengembangkan hobi teknik dan ketertarikan saya dalam seni lukis.
Anda pelukis?
Mungkin tidak sepenuhnya, tapi saya membiayai sekolah saya di SMA di Chicaga dan MBA di Indiana University dengan melukis, menjadi pelayan di restauran, memotong rumput dan mengecat rumah di sekitar kampus.
Apakah Anda berbisnis sejak muda?
Interview with MT Awal Cerita Menjadi Motivator Part TWO
Diposting oleh Nanang Edy di 11:22:00 AMAPAKAH ANDA BERBISNIS SEJAK MUDA?
Apakah Pak Mario sudah berbisnis sejak muda?
Sebagai penerima beasiswa untuk satu tahun di sebuah SMA di Chicago, saya tidak mungkin menerima uang saku bulanan dari keluarga saya yang bersahaja di Jalan Mergosono Gang 5 di Malang.
Jadi saya harus mencari uang untuk membeli buku dan turut serta dalam kegiatan sosial dari anak-anak remaja di Amerika.
Bagaimana memulainya?
Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.
Apa yang Anda lakukan?
Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."
Langsung diberi pekerjaan?
Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.
Terus?
Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Sabo. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"
Anda gembira?
Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.
Terus apa yang Anda lakukan?
Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, menambal atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.
Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?
Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?
Anda sangat mandiri sejak muda?
Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, yang rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.
Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh?
Hmm … bisakah itu saya jawab nanti? Saya harus segera menyiapkan diri untuk menyambut sahabat-sahabat MTSuperCrew (team yang mengelola pelaksanaan MTGW di Metro TV), yang sedang dalam perjalanan menuju Bangun Jiwo.
Bangun Jiwo, apa itu?
Ini, villa Ibu Linna di atas bukit Dago, di Bandung.
Bisa kita bahas arti Bangun Jiwo nanti ya Pak Mario?
Dengan senang hati. Terima kasih atas perhatian baik Anda.
Sampai nanti ya? Stay super
Selasa, 14 Februari 2012
BERSABAR ATAS PEMBURUKN TERHADAP MU
Diposting oleh Nanang Edy di 9:42:00 AMSahabatku yang baik hatinya,
Bersabarlah dengan orang
yang berburuk kata
kepadamu.
Jika engkau teliti
memperhatikan, akar dari
semua upaya perendahan
terhadapmu adalah ketidak-
bahagiaannya atas
kehidupannya sendiri.
Dia merasa kehidupan ini
tidak adil.
Engkau menikmati hidupmu,
sedang dia membenci
hidupnya.
Maka agak wajarlah jika dia
melampiaskan kemarahannya
terhadapmu yang seolah
dianak-emaskan oleh
kehidupan.
Tapi engkau mengerti,
bahwa waktu adalah obat
bagi semua penyakit.
Maka sediakanlah waktu
baginya untuk mengerti dan
menyembuh, bahwa
perbaikan hidup dibangun
melalui upaya baik, bukan
dengan berbagi kemarahan
terhadap kehidupan.
Semua jiwa berhak bagi
kehidupan yang baik.
Jika kita bersabar, setiap
orang akan sampai, ... yang
baik akan memulia, yang
dulunya pembenci akan
menjadi penyayang.